Bulan desember ini, hujan sudah mulai intens hadir di berbagai daerah di Indonesia. Biasanya, di musim penghujan seperti ini jenis minuman yang dapat menghangatkan tubuh mulai dicari dan dikonsumsi orang.
Ada banyak macam dan ragam minuman penghangat di Indonesia yang sebenarnya bahan dasarnya hampir sama, hanya beda pada pelengkap, variasi maupun cara penyajiannya.
Berikut beberapa jenis minuman penghangat di Indonesia yang sudah familier :
1. Wedang ronde merupakan minuman tradisional asli dari Jawa selain jamu dan dawet. "Wedang" dalam Bahasa Jawa berarti "minuman". Sedangkan Ronde adalah adonan khusus yang terdiri dari campuran tepung beras dan gula merah berbentuk bulatan-bulatan dan dibagian dalamnya berisi kacang yang dihancurkan, Konturnya kenyal ketika digigit. Dan bagian dalamnya akan meleleh di dalam mulut kita. . Untuk membentuk Wedang Ronde, adonan ronde ini dicelupkan ke dalam air jahe yang masih panas. komponen utama pembentuk Wedang Ronde adalah air jahe dan ronde. Meskipun demikian Anda dapat menambahkan bahan lain untuk menambah aroma dan penampilan seperti kolang kaling, irisan roti berbentuk dadu, atau kacang tanah yang disangrai. Air jahe dibuat dengan cara merebus jahe yang dihancurkan, gula merah (atau gula kelapa) dan daun sereh hingga mendidih Setelah itu, adonan Ronde dicelupkan dalam air jahe tersebut hingga mengapung.
2. Bandrék adalah minuman tradisional orang Sunda dari Jawa Barat, yang dikonsumsi untuk meningkatkan kehangatan tubuh. Minuman ini biasanya dihidangkan pada cuaca dingin, seperti di kala hujan ataupun malam hari. Bahan dasar bandrék yang paling penting adalah jahe dan gula merah, tetapi pada daerah tertentu biasanya menambahkan rempah-rempah tersendiri untuk memperkuat efek hangat yang diberikan bandrék, seperti serai, merica, telur ayam kampung, dan sebagainya. susu juga dapat ditambahkan tergantung dari selera penyajian. Di Bandung, biasanya penjual menambahkan sejumput kerukan kelapa untuk menambah cita rasa dari Bandrek tersebut.
3. Bir pletok adalah minuman penyegar tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi ( Jakarta )yang dibuat dari campuran beberapa rempah, yaitu jahe, daun pandan wangi, dan serai. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambahan kayu secang, yang akan memberikan warna merah bila diseduh dengan air panas.
Walaupun mengandung kata bir, bir pletok tidak mengandung alkohol. Minuman ini berkhasiat untuk memperlancar edaran darah. Masyarakat Betawi banyak mengonsumsinya pada malam hari sebagai penghangat.
4. Sekoteng adalah minuman penghangat asli Jawa Tengah lainnya selain Wedang ronde. Perbedaan Sekoteng dan wedang ronde hanya pada rondenya, sementara bahan pelengkapnya. lain yang biasanya dicampur ke dalam minuman sekoteng hampir sama yaitu kacang hijau, kacang tanah, pacar cina dan potongan roti. Sekoteng biasa dihidangkan pada malam hari. Sekoteng biasanya dijual keliling dengan menggunakan gerobak pikul. Satu sisi untuk panci air jahe beserta kompornya sedangkan sisi lain adalah tempat bahan campuran dan tempat mempersiapkan sekoteng.
5. Wedang Uwuh juga merupakan minuman tradisional Jawa dengan menyimpan beragam cerita. Jika dilihat dari namanya, Wedang yang dalam bahasa Jawa artinya minuman, sementara uwuh sendiri artinya sampah. Mungkin dinamakan demikian karena pada saat penyajian, gelas sajinya penuh dengan dedauanan dan rempah-rempah seperti irisan jahe, kayu secang, cengkeh dll hingga seperti timbunan sampah. Namun jangan khawatir, sampah ini aman kok dan yang tentunya mengandung banyak khasiat.
6. Bajigur adalah jenis minuman tradisional yang juga merupakan khas masyarakat Sunda dari daerah Jawa Barat selain Bandrek. Bahan utamanya pun hampir sama yaitu gula aren dan jahe. Yang membedakan adalah Bajigur ditambah santan dan untuk menambah kenikmatan biasa ditambah sedikit garam dan vanili.
Demikian beberapa sajian minuman penghangat yang baru berasal dari Jawa saja. Tentunya masih banyak lagi jenis dari daerah lain di Indonesia. Insya Alloh lain waktu akan saya share tentang aneka minuman dari berbagai daerah di Nusantara.
No comments:
Post a Comment